Sunday 11 October 2020

Tips Menenangkan Teman yang Ditimpa Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial. Maka tidak heran ketika ditimpa masalah, kebiasaan kita akan mencari sosok yang paling dipercaya untuk bercerita panjang lebar.

Menjadi pendengar budiman
Jika teman Anda mengadu pada Anda tentang masalah yang ia hadapi, tugas pertama Anda dalam situasi begini adalah menjadi pendengar budiman.

Terlepas jika Anda pada akhirnya menyangkal kata-katanya, menceramahi atau mungkin menasehati teman Anda, minimal Anda harus bisa mendengarkan mereka dengan baik, karena selain mencari solusi, mereka sangat ingin didengarkan dan dimengerti.

Dalam buku “Listen like A Dog” karya Jeff Lazarus, penulis menyatakan bahwa manusia lebih suka berbicara mendalam (deep-talk) dengan hewan kesayangan ketimbang menceritakan permasalahan hidup kepada manusia.

Nah, mengapa demikian? Ternyata manusia lebih sering mendengar untuk menjawab, dan bukan mendengar untuk mengerti.
Maka, akhirnya teman Anda yang ditimpa masalah tadi berasa dirinya seolah tak dipahami, malah makin dihakimi.
Berujung, mereka akan merasa seolah beban mereka semakin bertambah lagi. Kasihan sekali, kan ya?

Belajar ‘seni’ berbicara
Berbicara juga ada seninya. Tidak hanya individu yang sedang ditimpa masalah, bahkan individu yang sehat juga senang mendengarkan kata-kata yang berunsur motivasi.

Dalam buku “Words Can Change Your Brain”, Andrew Newberg dan Mark Robert Waldman menuliskan bahwa sebuah kata punya kekuatan untuk memengaruhi ekspresi gen yang mengatur stres fisik dan emosi.

Lebih jauh, penulis mendasari tulisannya dengan penelitian, dan memaparkan kata-kata positif seperti “cinta” dan “damai” mampu mengubah ekspresi gen, memperkuat area di lobus frontal otak, dan meningkatkan fungsi kognitif otak.

Kata positif mendorong pusat motivasi di otak untuk melakukan tindakan yang rasional. Oleh itu, sering-seringlah menyemangati teman yang sedang berada dalam kesusahan atau ditimpa masalah, dengan kata-kata yang positif

Anda bisa mencoba kalimat berikut ini; “Aku yakin kamu pasti bisa”, atau “Semangat teman, kamu adalah orang yang kuat” dan apapun yang dapat menenangkan mereka.
Dengan demkian, mereka lebih merasa dipedulikan dan akhirnya matang merungkai solusi atas permasalahan yang dihadapi.

Menjaga lisan
Begitu pun dengan pantangan ketika menghadapi teman yang sedang berduka atau berputus asa, kata-kata negatif seperti “kamu memang tidak pantas”, “itu aja sedih”, atau “itu masalah kecil. Orang lain malah pernah lebih parah lagi” sebisanya dihindari, ya?

Jika Anda pernah mendengar tentang teori kebutuhan Maslow, tokoh Psikologi barat itu telah sangat jelas menerangkan bahwa salah satu dari kebutuhan (needs) manusia adalah kebutuhan rasa aman.
Kebutuhan tersebut secara psikis adalah yang tidak mengancam kondisi kejiwaan seperti tidak diejek, tidak direndahkan, dan tidak stres.

Maka, sebagai teman yang baik, hindarilah diri daripada menjadi penyebab terjadinya stres yang malah membuat kondisi teman Anda semakin memburuk, melalui apa yang terlontarkan oleh lisan Anda.

Menjadi teman terbaik versi diri sendiri
Akhirnya, penanganan terbaik kembali lagi pada diri Anda sendiri. Saya pribadi lebih memilih untuk mendengarkan setiap keluh kesah, tangis pecah atau curhatan panjang sebagai ‘katarsis’ (ungkapan emosi) teman-teman saya saat ditimpa masalah.

Saya percaya bahwa kebanyakan manusia mampu berbicara panjang dan mengutarakan apa yang terbesit dipikiran, tetapi belum tentu mampu untuk mendengarkan secara efektif. Terlebih untuk berusaha memahami dan bukan sekedar untuk menghakimi.

Maka, mendengarkan permasalahan teman Anda dengan baik, adalah semacam “first-aid” yang dapat Anda berikan. Nah kemudian, cari tau dulu bentuk penanganan seperti apa yang bisa Anda tawarkan.
Jika teman Anda kehilangan uang misalnya, maka pinjamkan ia uang terlebih dulu. Jika ia stres, berikan coklat. Setidaknya cukup untuk membuat emosinya meningkat baik.

Sekarang kembali lagi pada Anda. Semoga apa yang coba saya sampaikan disini sedikit dapat menambah pengetahuan dan mempertajam pikiran guna menjadi individu yang menyenangkan.

Saya percaya, untuk menangani kasus begini masing-masing kita pasti punya solusi penanganan sederhana tetapi tetap ampuh mencairkan suasana. Intinya, pilihlah langkah penanganan yang paling efekif menurut Anda.