Saturday, 10 October 2020

Tips Melakukan Story Telling, Terapkan ini Agar Anda Mahir Cuci Otak Pendengar

Orang bisa dengan mudah mencuci otak atau mempengaharui lawan bicara dengan membawa dirinya merasakan langsung yang Anda bicarakan. 
Bila Anda bicara kesedihan, orang yang mendengar bisa merasa sedih, bila Anda bicara senang, orang mendengar akan merasa senang. Anda bisa mengatur suasana hati lawan bicara dengan ucapan Anda. 

Bagaimana caranya ? 
Mau tahu ? 
Yaudah, baca makanya, jangan banyak komentar, perbanyak baca baru komentar. 
Serius, oke, simak berikut ini seperti dikutip pada buku ‘Bicara itu Ada Seninya’ karangan Oh Su Hyang. 
Pada pembuka pembahasan, Oh Su Hyang membuat topik mengenai storytelling. Ia juga menjelaskan secara rinci. 

Storytelling Merupakan Plot yang Kokoh
Anda kenal sosok Steve Jobs ? nah itu pria penemu Apple Inc. Beliau ini selain pintar dalam dunia bisnis dan IT, ia juga mahir dalam melakukan storytelling, sehingga ada juga yang berpendapat keberhasilannya dalam membuat produk Apple berhasil seperti sekarang karena ia dulu mahir melakukan storytelling. 

Pernah suatu ketika Steve Jobs memulai presentasi mengenai iPod, ia tiba-tiba mengambil barang dari kantong celananya. 
Ia mengeluarkan iPod dari saku celana dan disambut tepuk tangan meriah dari para audiens, para audiens merasa tertarik melihat dari saku celana Steve Jobs. 

Dengan santai ia mengucapkan mengenai benda dari saku celananya itu. 
“Saya selalu penasaran apa fungsi kantong celana jeans. Sekarang pertanyaan itu telah terjawab. Dengan berat hanya 0,1 kg, iPod bisa dimasukkan ke dalam kantong.”Steve Jobs sedang memperkenalkan iPod. Sumber Foto : Wired.com

Pada masa awal dikeluarkan iPod, benda itu merupakan produk canggih dengan kapasitas penyimpanan sampai 5 GB dan termasuk barang mewah. 
Bila saat itu Steve Jobs hanya menyebutkan fakta mengenai benda itu, spesifikasi dan sebagainya, mungkin audiens hanya akan mendengar dan berpikir ‘performa bagus tapi mahal’. 

Namun, karena Steve Jobs mahir melakukan storytelling, ia dengan santai mengeluarkan barang itu dari saku celana dan secara tidak langsung ia menghipnotis audiens bahwa betapa kecil dan canggihnya barang yang ada disaku celananya daripada produk dari perusahaan lain. 

Selain itu, ia menyebutkan iPod dirancang khusus agar pas untuk kantong. Terutama bagi mereka yang sering memakai celana jeans ketat. 
Dengan ucapan langsung mengarah pada keseharian audiens, para audiens langsung membayangkan dirinya menggunakan iPod seperti Steve Jobs. 

“Saat memakai celana jeans, aku juga bisa ke mana-mana membawa iPod di kantong sambil mendengarkan musik tanpa perlu repot. Keren sekali, kan?”
Presentasi ala storytelling Steve Jobs berperan besar, la menjadi tokoh utama dalam kisah di atas panggung presentasi.

la secara dramatis memperlihatkan betapa senangnya menggunakan iPod dengan celana jeans. Akibat gambaran yang ia utarakan ketika presentasi, sontak iPod menjadi produk yang diimpikan setiap orang. 

Kisah yang Kuat Memerlukan Plot yang Kuat
Meski sebuah teknik ampuh, storytelling tidak bisa menceritakan segala hal, tidak semua cerita mau didengar oleh audiens jika yang Anda sajikan membosankan mereka. 
Dibutuhkan plot yang baik dalam storytelling. Berikut ini ada 8 plot seperti dalam buku ’20 Master Plots’ karya Ronald B. Tobias,

Tidak Ada Ketegangan = Tidak Ada Plot
Bercerita akan sangat membosankan tanpa adanya ketegangan, tanpa adanya kesedihan dan kejadian-kejadian lain baik itu bahagia, haru dan semacamnya. 
Semakin banyak suasana cerita, maka akan semakin menarik bagi pendengar, karena mereka menunggu inti dari cerita Anda. 
Namun bila tidak ada sesuatu yang menarik, alur cerita sudah ditebak, maka cerita sangat membosankan.

Ciptakan Ketegangan dengan Daya Konfrontasi
Cerita akan lebih mantap bila menceritakan antara si baik dan si jahat, hampir semua drama menggunakan cerita antara si baik dan si jahat. Cerita juga akan semakin menarik bila tokoh yang baik diserang oleh tokoh jahat, sehingga pendengar penasaran akhir cerita Anda. 

Maksimalkan Ketegangan dengan Daya Konfrontasi
Jika peperangan antara tokoh baik dan jahat cepat berakhir, maka cerita Anda akan berakhir. Maka, sebaiknya bercerita semakin lama dengan memperlihatkan kekuatan si jahat semakin hebat sehingga tokoh baik menjadi semakin sulit menjadi sebuah daya tarik. 

Sifat Tokoh Harus Berubah
Sifat tokoh yang berubah-ubah juga salah satu daya tarik pendengar menyimak cerita Anda. Misalnya orang jahat tiba-tiba berubah jadi baik, orang baik semakin menjadi baik. Dengan berbolak balik keadaan, menambah penasaran pendengar. Buat pendengar sulit menebak yang Anda ceritakan. 

Jadikan Semua Peristiwa adalah Sesuatu yang Penting
Tidak ada satu pun peristiwa baik kecil maupun besar dalam cerita yang bagus dan hits terjadi tanpa perhitungan. Semua peristiwa memiliki makna dan berkaitan dengan pengembang cerita selanjutnya seperti jaring laba-laba.

Membuat Masalah/ Peristiwa yang Terlihat Remeh
Bila Anda menceritakan petunjuk atau tanda-tanda dari akhir cerita, maka ketegangan cerita akan berkurang. Gunakan penyamaran agar semua peristiwa dan cerita terlihat seperti bukan perkara penting, 
Ronald B. Tobias mengungkapkan hal sebagai berikut. “Dengan membuat masalah yang tampaknya remeh, penonton akan menerima bahwa karya tersebut sangat mirip dengan kehidupan.”

Keberuntungan Tokoh Utama
Dalam sebuah drama ataupun film dan semacamnya, tokoh utama pasti selalu mendapatkan keberuntungan dari masalah sulit. 
Buatlah alur meski tokoh utama mengalami berbagai kesulitan, tapi masih ada keberuntungan memihak padanya. 

Peran Tokoh Utama dalam Klimaks
Cerita dengan alur diarahkan oleh tokoh utama. alur ini juga memperlihatkan tokoh menembus dan menghadapi segala rintangan, maka tokoh utama harus ditonjolkan. 
Untuk klimak cerita, penjahat jangan ditumpas oleh peran pembantu, tapi harus dihadapi oleh tokoh utama, buatlah klimaks dari cerita Anda, agar pendengar paham, kemana arah pembicaraan Anda.