Ada beberapa teknik berdebat yang bisa Anda lakukan untuk membungkam lawan bicara. Ingat, berdebat secara objektif, bukan berdebat tapi ujung-ujungnya menjatuhkan lawan dengan menyerang pribadi.
Sebagian orang memandang debat adalah tindakan yang tidak baik, karena bisa menimbulkan kebencian.
Ya bisa saja, debat bisa menimbulkan kebencian bila orang kalah debat menyerang pribadi lawan bicara dengan memaki untuk menjatuhkan, padahal tujuan dari debat adalah mendiskusikan sebuah perkara dan mencari jawaban.
Bukan ajang jatuh menjatuhkan harga diri atau jangan sampai Anda menyerang lawan bicara dengan bahan menyerang kepribadiannya, sungguh itu bukan orang yang paham, biasanya IQ rendah menyerang pribadi jika kalah dalam berdebat, gak mau kan dibilang IQ rendah?.
Nah, lalu bagaimana berdebat dengan baik dan bisa menjelaskan pada lawan bicara tanpa ada bantahan lagi darinya?
Simak berikut ini, seperti dikutip pada buku ‘Bicara itu Ada Seninya’ karangan Oh Su Hyang.
Dasar Dari Perdebatan, Dengarkan
Jika Anda pernah mendengar ‘Havruta’ maka Anda tidak asing lagi dengan metode debat satu ini.
Metode ini adalah teknik yang efektif yang berasal dari bangsa Yahudi. Sehingga, bangsa ini bisa menguasai dunia.
Alasan utama Facebook bisa menjadi aplikasi raksasa setaraf dunia adalah membudayakan diskusi sebagai penggerak pertumbuhan perusahaan.
Hasil dari usaha mereka membuahkan sebuah konsep bernama Hackathon.
Hackathon adalah kata gabungan dari hacking dan marathon bermakna “diskusi akhir” yang berguna untuk mendobrak pemikiran yang ada dan menciptakan nilai baru.
Hackathon sendiri dicetuskan oleh Mark Elliot Zuckerberg. Melalui hackathon ini, Facebook mendapatkan ide cemerlang dari para developer yang berkumpul dan memberikan kemampuannya sehingga perusahaan tersebut bisa menjadi sekuat sekarang dan menjadi salah satu aplikasi banyak digunakan umat manusia.
Selain itu, ada sebuah pengakuan menarik dari buku yang dikutip, yakni bangsa Yahudi berhasil memimpin dunia karena debat.
Data yang diperoleh sebanyak 25% mahasiswa Ivy League Amerika dan 30% mahasiswa Universitas Harvard adalah Yahudi. Terlebih lagi, 22% peraih penghargaan Nobel pun merupakan orang Yahudi.
Hasil yang diperoleh oleh bangsa Yahudi ini ada juga peran dari Havruta.
Metode Havruta ini membuat manusia selama melakukan terus berpikir dalam diskusi, sehingga otak mencapai tingkat terbaiknya.
Jadi tidak selamanya berdebat tidak baik, buktinya dengan debat bangsa Yahudi bisa menguasai dunia. Berdebat tidak baik itu debat yang mengeraskan urat leher, berucap hinaan, itu yang tidak baik dan dijauhi.
Karena, debat adalah kegiatan sekelompok orang untuk menyampaikan pendapatnya tentang sebuah topik atau masalah dan membuktikan kebenaran pemikirannya.
Dalam debat memang harus ada beberapa pendapat, jika tidak ada pendapat berarti bukan debat namanya tapi mengajar.
Pihak yang berdebat harus memberikan argument sekaligus alasan mengapa ia berargumen demikian.
Jangan Anda hanya memberikan argument namun tidak memberikan penjelasan maupun alasan, maka argumentasi Anda itu bisa dikatakan tidak kuat dan mudah untuk dipatahkan.
Debat Yang Baik
Agar debat berjalan dengan baik, maka pilihlah seorang moderator yang disetujui oleh para panelis. Terdapat dua kelompok panelis biasanya, kelompok setuju dengan juri dan kelompok yang tidak setuju.
Jika sudah lengkap dan struktur sudah mantap, maka debat bisa dimulai dengan diarahkan oleh moderator, masing-masing para panelis bisa menyampaikan argumen dan data-data dasar dirinya berargumen.
Arthur Schopenhauer berkata dalam bukunya The Art of Always Being Right’ sebagai berikut:
“Jangan berdebat dengan siapa pun dan apa pun yang Anda temui. Jangan pernah memberikan argumen yang tidak berdasar. Namun, jika sudah telanjur maka berdebatlah dengan orang yang cukup rasional. Jangan menekan dan berdebat hanya dengan orang yang mau mendengarkan alasan logis lawan bicara dan menerimanya. Orang yang adil dan tidak berpihak serta bisa menerima dengan lapang dada alasan yang tepat meskipun keluar dari mulut lawan bicara, orang tersebut harus rela mengakui kesalahan argumennya jika pendapat lawan dinilai benar,”
Trik Menang Tanpa Berkelahi, Mendengarkan!
Trik terpenting dalam berdebat ialah mendengarkan. Agar bisa berdebat dengan baik Anda tidak boleh bersikeras dengan pendapat Anda sendiri, tapi coba open mind untuk terbuka dengan pendapat lawan.
Rahasia berdebat dengan baik salah satunya dengan memberikan pendapat yang masuk akal. Selain itu, Anda bisa mengerti maksud lawan bicara dengan mendengarkan seksama maksud ucapan lawan.
Mendengarkan dapat membuat menang tanpa perlu berkelahi dan menghadapi debat dengan baik untuk menemukan ide-ide baru.
Empat Teknik Mendengarkan
Respons: Anggukkan kepala dengan ringan dan berikan respons kecil.
Dengarkan hingga selesai: Jangan memotong pembicaraan lawan yang sedang berbicara dan dengarkan hingga selesai. Namun, saat ucapan lawan melenceng dari tema, segera tanggapi dan sangkal pendapatnya.
Simpulkan: Apabila lawan berbicara panjang lebar, ringkas dan simpulkan terlebih dulu sebelum mengajukan pertanyaan untuk mengarahkan pembicaraan.
Ikuti: Ulangi beberapa bagian dari apa yang disampaikan lawan. Dengan begitu lawan dapat merasakan bahwa kita tertarik kepadanya.
Demikianlah tips berdebat seperti dikutip pada buku ‘Bicara itu Ada Seninya’ karangan Oh Su Hyang.
Mulailah Anda membuka pikiran, jangan terlalu menutup pikiran dengan pandangan Anda sendiri.
Penulis sendiri menanggap dunia ini ada tiga dimensi penglihatan, yakni dimensi ‘Aku, Kamu, Mereka.’
Jadi lepaskan kacamata kuda Anda, coba lihat dunia ini yang begitu luas. Ada berjuta pendapat di dunia ini.